Halo semuanya.....
di random thought kali ini gue akan membahas tentang sudahkah kamu bersyukur hari ini?
Di beberapa minggu yang lalu, gue ketemu sama orang-orang yang bisa dibilang ngebuat gue lebih bersyukur dalam hidup. Yang pertama, waktu gue pergi ke gereja gue ketemu sama salah seorang bapak-bapak tua umur 76 tahun yang baru aja sembuh dari opnam, beliau begitu semangat cerita ke gue tentang betapa hebatnya Tuhan menyembuhkan penyakitnya, beliau yakin setelah sadar dari koma pasti Tuhan masih kasih kesempatan untuk memperbaiki diri lagi, untungnya beliau masih dikasih waktu, kalau enggak? Di posisi itu gue merasa bersyukur sama Tuhan kalau gue dan keluarga gue masih diberikan kesehatan sampai sekarang, bahkan untuk di rawat di rumah sakit aja belum pernah. Ajaib kan? Emang. Sepele kan? Pasti, tapi hal sederhana ini yang bikin gue merasa bersyukur masih dikasih sehat sempurna, bayangin orang lain yang lagi berjuang buat ngelawan penyakitnya. Ini ngebuat gue selalu merasa gue harus menjaga badan gue mulai dari pola makan sampai olahraga karena gue gak mau sakit gara-gara jantung koroner, ginjal dan hal mengerikan lainnya.
Kedua, temen sekelas gue di kampus. Kebetulan banget gue seharian duduk sebelahan sama dia dan gue merasa malu sama diri gue sendiri. Sehabis pelatihan seharga 4 juta gue tanya sama dia "Mas, abis ini enaknya di kosan ngapain ya? mandi trus tidur kali ya" Terus dia jawab "Enggak lah ci, aku mau baca-baca modul pelatihan sama ringkas-ringas sedikit, sayang uang 4 juta kalau enggak dibaca modulnya" disitu gue malu banget, serius. Gue dengan enaknya minta uang sama orang tua gue buat pelatihan dan enggak manfaatin uang itu dengan baik, bahkan cenderung menghamburkan demi sebuah sertifikat tanpa paham ilmunya. Gue malu sama dia, sama diri gue sendiri enggak seharusnya gue sia-siain uang orang tua gue dengan gampangnya aja, they made it with all of their strength and blood and cried, and stuff.
Ketiga, sebenernya ada alasan kenapa gue pilih kuliah enggak di jakarta atau kota besar lainnya kayak bandung, sepele karena gue itu orangya gampang kebawa arus. Gue pasti ayo aja kalau diajak makan di tempat fancy, gue pasti kerjain tugas di cafe mahal yang satu cangkir bisa buat makan gue selama 3 hari di Semarang. Karena gue takut kehilangan momen update foto nongkrong cantik, gue takut kehilangan temen-temen gue kalo gue gak ikut, dan gue takut mereka mandang gue bukan dari keluarga yang mampu. Asal kalian tau aja, dibilang cukup keluarga gue lebih dari cukup, cuma emang orang tua gue enggak pernah mendidik gue untuk jadi hedon, untuk makan dimanapun gue mau, uang kalau habis tinggal minta. Enggak sama sekali, keluarga gue selalu mengajarkan untuk melihat kebawah, melihat yang kekurangan, kalau gue liat ke atas gue akan selalu merasa kekurangan gak punya apa-apa, tapi dengan melihat kebawah gue akan semakin bersyukur dengan apa yang gue punya sekarang, dengan segala kelebihan dan fasilitas yang dikasih ke gue.
Itulah alasan kenapa gue nge delete semua media sosial yang berdampak buruk buat gue kayak path,dan instagram. Yang ada di otak gue sekarang adalah gimana caranya update biar dapet likes banyak, apa gue harus ke tempat fancy atau gue harus pake baju branded terus ngetag designer atau storenya, itu semua gue anggep sebagai bad influence buat hidup gue kedepannya, karena persaingannya udah gak sehat, persaingannya buat gue gak pernah bersyukur dan merasa puas dengan apa yang gue punya sekarang dibandingkan temen-temen yang hidupnya kekurangan.
Banyak banget hal kecil yang bisa kamu syukuri setiap harinya, hal kecil buat kamu mungkin sesuatu hal yang sangat besar bagi orang lain. merasa kurang dalam ilmu boleh banget, tapi kalau harta?
