Sunday, August 13, 2017

Backpacking Bali : Nusa Penida plus Itinerary

Hai! Kali ini aku dan sahabat aku bereksempatan liburan ke Bali selama 4D3N, ini liburan ternyantai banget, ternyaman banget, termager banget. Jadi itinerary aku bikin se simple dan se fleksibel mungkin, aku sama temenku nggak suka liburan yang buru-buru dan gak enjoy the moment. So lets check this out :

26 Juli 2017 :

Flight malam ke Denpasar dari Soekarno-Hatta, aku pilih flight malam soalnya paginya aku kerja dulu huhu. Janjian sama temen aku di bandara.

Cost:
Tiket damri : 40rb
Pesawat Jkt-Dps PP : 1.2Jt

27 Juli 2017 :

Tengah malam sampai di denpasar, dan aku naik grab ke kosannya temen aku.
Dan paginya kita melancong ke Kuta untuk beli nasi pedas bu andika, beli tiket kapal ke nusa penida di pantai sanur. Jadi kalau kamu mau nyebrang ke nusa penida, kamu beli tiket di pantai sanur, yang ada warung mak bengnya. Dari warung mak beng jalan sedikit belok ke kiri ada stand stand gitu banyak nah tinggal pilih deh mau naik kapal yang mana. Aku sih kemarin naik kapal dwi manunggal PP.  Setelah dapat tiket aku sama sahabat aku langsung beli oleh-oleh ke krisna (mumpung uang masih banyak) haha. Mampir seminyak untuk makan yoghurt dan belanja-belanja. Kita tadinya mau ke uluwatu tapi ternyata cuaca tidak mendukung untuk nonton tari kecak. Jadi yaudah lah ya.



Cost :
-          Grab car Ngurah Rai – Jimbaran : 70rb
-      Penginapan + motor : 200K (ini nginep di kosannya temen aku guys dan dikasih motor juga buat keliling)
-          Tiket PP Sanur – Nusa Penida : 200rb

28 Juli 2017 :

Jam 11.00 waktu bali kita nyebrang ke Nusa Penida, perjalanan kurang lebih 30menit aja udah sampai ke Nusa Penida, setelah turun dari dermaga Toyapakeh banyak yang nawarin sewa motor atau mobil, aku langsung pilih motor dan meluncur ke homestay aku di kawasan Toyapakeh juga, kira-kira 10 menit dari pelabuhan. Selama di nusa penida aku tinggal di Jero Rawa Homestay. Tempatnya bagus banget asri, pemiliknya friendly banget lah pokoknya. Setelah taruh barang-barang di homestay aku dan sahabat aku lanjut ke Pura Goa Giri Putri, ini puranya terletak di bawah goa gitu guys, setelah mampir kesana kita mutusin untuk makan siang, di tempat makan yang viewnya itu bagus banget, well semua tempat makan di Nusa Penida itu viewnya bagus sih. Nah disaster is happening! Kita mencoba untuk pergi ke rumah pohon tapi berujung kita keliling satu pulau, karena WAZE nya gajelas banget asli. Kita udah desperate akhirnya pergi ke pantai atuh, dengan kondisi itu udah sore banget dan fail dapetin sunset karena ketutup kabut. Well, jangan diharap perjalanan di nusa penida itu gampang ya, jadi selain tidak ada lampu kalau malam hari, disini juga enggak ada penunjuk arahnya. Masih minim banget, jadi bertanyalah kepada orang-orang disekitar sana. Dan ngomongin masalah medan jalannya, waduh ampun banget deh ya. Saya enggak rekomendasi untuk kamu-kamu yang enggak terlatih naik motor matic, just because jalanannya itu parah, literally batu semuanya, saya merasakan nyusruk, hampir nyusruk dan hampir nabrak. Jalannya naik turun dan batu semua menuju pantai atuh. Dan di pantai atuh kita juga mesti turun tangga yang jaraknya tinggi, ya turunnya fine aja sih tapi naiknya. Aduh ampun deh..

 Sebelum turun ke pantai Atuh


 View Tempat Makan Siang Kami

 Pantai Atuh


Me and Nadia

Cost :
Grabcar Jimbaran – Sanur : 40rb
Sewa motor + Bensin : 170rb
Homestay : 280rb/2 persons
Masuk tiket pantai atuh + parkir : 15rb

29 Juli 2017

 Kita hari ini bangun pagi dan mengatur strategi, kita tanya ke pemilik homestay tempat mana yang paling worth untuk di kunjungi, dan it goes to Pasih Uug/Broken Beach dan angel’s billabong. Okay berbekal bensin dan GPS kita meluncur ke broken beach, perjalannya ini lebih mudah jika dibandingkan ke pantai atuh yang turunan dan tanjakan serta belokan yang tajam. Kita berangkat dari homestay jam 9, sekitar jam 10.30 sampai ditujuan. Kalau dari parkiran spot pertama yang bakal dilihat adalah angel’s billabong, jadi kalau yang gak jago-jago amat berenangnya jangan coba-coba ya karena bisa hanyut  ke laut lepas, oh iya dan disini hanya ada 1 warung, jadi persiapkan perbekalan kalian yes. Kurang lebih beberapa meter jalan kita ketemu deh sama broken beach, asli ini bagus banget sih. Kayak video-video di youtube Cuma lebih bagus hehe. Setelah mulai ramai sama pengunjung kita langsung balik lagi ke toyapakeh untuk makan siang, di salah satu restaurant vegan gitu, setelah beres makan kita balik lagi ke homestay untuk ambil barang dan check out. Dan dilanjutkan ke pelabuhan toyapakeh, btw kan disini tuh kayak pulau kecil gitu ya, jadi motor yang kita sewa ini langsung aja gitu ditaro dipinggir dermaga soalnya mereka kayak udah hafal siapa yang punya motor. Aneh tapi nyata. Habis itu langsung deh nyebrang dari Penida ke Sanur, dan omg itu mau hujan dan anginnya kenceng banget di dalem kapal aku cuma bisa diem aja.
Setelah sampai di sanur, kita masih kenyang sih tapi penasaran banget sama warung mak beng, jadilah kita makan disitu dan ternyata enak banget. Dan must try sih. Rosi Approved. Balik ke kosan kita bersih-bersih dan memutuskan untuk jalan ke legian untuk ya you know what lah ya, melihat sisi lain Bali.

 Angel's Billbong



Broken Beach!!

30 Juli 2017 :
Its time to go back to jakarta! Sedih dan senang sekaligus. See you again Bali!

Little bit tips :
  • 1.     Jalanan di nusa penida  selain jalan utama itu tidak terlalu bagus, masih kadang berpasir, jadi usahakan jangan datang saat musim hujan
  • 2.    Setelah jam 7 malam itu semua aktifitas berhenti, kecuali tempat makan. Pom bensin, tutup, dan jalanan tidak ada penerangan
  • 3.     Kalau kamu perempuan dan fisik kamu lebih kuat dari saya, silahkan naik motor keliling nusa penida tapi kalau kamu cewek haha hihi dan nggak mau capek silahkan sewa mobil. Banyak kok sewa mobil plus driver saran saya sih mendingan ramean atau ajak wisatawan lain pas kalian lagi di kapal supaya lebih murah
  • 4.     Tidak semua penduduk di nusa penida bisa bahasa indonesia
  • 5.   Di bali, masih haram menggunakan transportasi online kecuali di Kuta/Legian/DPS bahkan di bandara harus kucing-kucingan sama drivernya.

HSE AC DAN HSE NON AC

Saya seorang sarjana kesehatan masyarkat, dengan konsentrasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja.  Saya memilih konsentrasi tersebut karena menurut saya pekerjaan tersebut sangat masuk diakal saya, dan sangat cocok dengan kepribadian saya.

Setelah lulus dari FKM Undip, tak lama saya bekerja di salah satu perusahaan kontraktor swasta menjadi QHSE (quality, health, safety, environment) Staff di head office. Menurut saya tugas saya di kantor, saya lebih mengarah ke manajerial dan sistem. Bagaimana membuat sistem berjalan dan bagaimana cara me-manage teman-teman safety officer di lapangan, banyak juga pengurusan izin, pemenuhan peraturan perundangan yang harus saya urus, belum lagi saya juga harus inspeksi dan terkadang menginduksi tamu yang datang. Menurut saya, pekerjaan saya sama dengan safety officer di lapangan, hanya saja mereka tidak harus pindah dari satu tempat ke tempat lain, menelfon safety officer lain untuk menanyakan keadaan dilapangan, mengurus perizinan mengenai K3LH, membantu officer lain jika sedang di audit oleh pihak owner, membuat CSMS, dan masih banyak hal lainnya.


aanwizing pertama saya

Di kantor saya tidak mendapatkan pelaksanaan teknis dilapangan sesungguhnya, mengenal proses pembuatan jalan dari mulai mobilisasi, clearing, sampai dengan finishing. Saya tidak paham benar teknis pekerjaan konstruksi di lapangan, jika sedang membuat HIRADC untuk pengajuan penawaran, saya selalu menonton video cara kerjanya dan mengidentifikasi bahaya dan resikonya, atau kalau koneksi internet sedang jelek di kantor, saya bertanya ke engineer atau bahkan GM Konstruksi supaya identifikasi saya benar, yah walaupun tidak 100% tapi hampir mendekati.

Suatu hari saya datang interview dengan posisi safety officer di lapangan, saya optimis saya bisa menjawab pertanyaan yang menginterview saya, saya bisa menjawab hirarki pengendalian, teknik investigasi, cara pembuatan HIRADC, dan lain sebagainya. Setelah dia melihat CV saya dan jobdesc saya selama saya bekerja selama 11bulan, saya terkejut ketika dia mengatakan :

“anda lebih sering di kantor, anda hanya mengerjakan 90% admin dan 10%HSE anda tidak mengerti hse di lapangan seperti apa” katanya

Saya menjawab “mohon maaf pak, bukan saya bermaksud tidak sopan, tapi apa yang bapak katakan itu tidak 100% benar, banyak yang saya kerjakan selain urusan administrasi”

“HSE di kantor itu apa sih? Cuma paham urusan adminsitrasi, gampang lah itu, hse yang sesungguhnya ya di lapangan

Saya semakin emosi, saya diam. Kemudian saya menjawab

“maaf pak, kami di kantor membuat sistem, prosedur, dan guidance, dan juga tools untuk teman-teman di lapangan, yang dilapangan maupun di kantor itu bersinergi tidak ada yang lebih unggul, kita bekerja sama dibawah departemen QHSE”

Bapak tersebut menjawab “apakah ada pertanyaan untuk tahap berikutnya?”

Saya menjawab “tidak terima kasih, cukup”


Saya mengartikan kata-kata bapak yang menginterview saya bahwa HSE di lapangan itu adalah HSE sesungguhnya, sedangkan HSE di kantor yang merasakan AC, tidak perlu merasa kepanasan (saya kepanasan naik ojek dari kantor ke disnaker/kantor walikota) hanya mengurusi administrasi, tidak peduli mengerti keadaan di lapangan (padahal saya bantu supervisior saya untuk audit internal otomatis saya harus belajar kondisi lapangan juga) . sedih, sedih, saya pikir QHSE itu satu kesatuan departemen yang bekerja sama untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, menjaga kesehatan pekerja dan misi mulia lainnya. Tapi ternyata, masih ada juga yang merasa lebih unggul dibanding lainnya. 


Menjadi QHSE adalah pekerjaan mulia, terlalu jahat apabila membandingkan HSE AC dan HSE Non AC.