Saya seorang sarjana kesehatan masyarkat, dengan konsentrasi
Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Saya
memilih konsentrasi tersebut karena menurut saya pekerjaan tersebut sangat
masuk diakal saya, dan sangat cocok dengan kepribadian saya.
Setelah lulus dari FKM Undip, tak lama saya bekerja di salah
satu perusahaan kontraktor swasta menjadi QHSE (quality, health, safety,
environment) Staff di head office. Menurut saya tugas saya di kantor, saya
lebih mengarah ke manajerial dan sistem. Bagaimana membuat sistem berjalan dan
bagaimana cara me-manage teman-teman safety officer di lapangan, banyak juga
pengurusan izin, pemenuhan peraturan perundangan yang harus saya urus, belum
lagi saya juga harus inspeksi dan terkadang menginduksi tamu yang datang. Menurut
saya, pekerjaan saya sama dengan safety officer di lapangan, hanya saja mereka
tidak harus pindah dari satu tempat ke tempat lain, menelfon safety officer
lain untuk menanyakan keadaan dilapangan, mengurus perizinan mengenai K3LH,
membantu officer lain jika sedang di audit oleh pihak owner, membuat CSMS, dan
masih banyak hal lainnya.
aanwizing pertama saya
Di kantor saya tidak mendapatkan pelaksanaan teknis
dilapangan sesungguhnya, mengenal proses pembuatan jalan dari mulai mobilisasi,
clearing, sampai dengan finishing. Saya tidak paham benar teknis pekerjaan
konstruksi di lapangan, jika sedang membuat HIRADC untuk pengajuan penawaran,
saya selalu menonton video cara kerjanya dan mengidentifikasi bahaya dan
resikonya, atau kalau koneksi internet sedang jelek di kantor, saya bertanya ke
engineer atau bahkan GM Konstruksi supaya identifikasi saya benar, yah walaupun
tidak 100% tapi hampir mendekati.
Suatu hari saya datang interview dengan posisi safety
officer di lapangan, saya optimis saya bisa menjawab pertanyaan yang
menginterview saya, saya bisa menjawab hirarki pengendalian, teknik
investigasi, cara pembuatan HIRADC, dan lain sebagainya. Setelah dia melihat CV
saya dan jobdesc saya selama saya bekerja selama 11bulan, saya terkejut ketika
dia mengatakan :
“anda lebih sering di kantor, anda hanya mengerjakan 90%
admin dan 10%HSE anda tidak mengerti hse di lapangan seperti apa” katanya
Saya menjawab “mohon maaf pak, bukan saya bermaksud tidak
sopan, tapi apa yang bapak katakan itu tidak 100% benar, banyak yang saya kerjakan
selain urusan administrasi”
“HSE di kantor itu apa sih? Cuma paham urusan adminsitrasi,
gampang lah itu, hse yang sesungguhnya ya di lapangan”
Saya semakin emosi, saya diam. Kemudian saya menjawab
“maaf pak, kami di kantor membuat sistem, prosedur, dan
guidance, dan juga tools untuk teman-teman di lapangan, yang dilapangan maupun
di kantor itu bersinergi tidak ada yang lebih unggul, kita bekerja sama dibawah
departemen QHSE”
Bapak tersebut menjawab “apakah ada pertanyaan untuk tahap
berikutnya?”
Saya menjawab “tidak terima kasih, cukup”
Saya mengartikan kata-kata bapak yang menginterview saya
bahwa HSE di lapangan itu adalah HSE sesungguhnya, sedangkan HSE di kantor yang
merasakan AC, tidak perlu merasa kepanasan (saya kepanasan naik ojek dari
kantor ke disnaker/kantor walikota) hanya mengurusi administrasi, tidak peduli
mengerti keadaan di lapangan (padahal saya bantu supervisior saya untuk audit
internal otomatis saya harus belajar kondisi lapangan juga) . sedih, sedih,
saya pikir QHSE itu satu kesatuan departemen yang bekerja sama untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja, menjaga kesehatan pekerja dan misi mulia lainnya. Tapi
ternyata, masih ada juga yang merasa lebih unggul dibanding lainnya.
Menjadi QHSE adalah pekerjaan mulia, terlalu jahat apabila membandingkan HSE AC dan HSE Non AC.
No comments :
Post a Comment